Untuk membuat Anda lebih berkesan di Yogyakarta, Panitia telah menyiapkan Tour Budaya dan Lingkungan di sekitar Yogyakarta dengan biaya minimal. CITISEE Paket Tour yang kami tawarkan adalah :
Obyek wisata : Keraton Yogyakarta, Candi Mendut, Candi Borobudur, Kerajinan Perak Kota Gede, Pusat Kerajinan Batik Giriloyo, dan Bakpia Soemadigdo.
Biaya : Peserta Domestik (IDR 400.000)
Peserta Mancanegara (50 USD)
Jadwal
City Tour akan dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2016
Waktu (WIB) | Kegiatan |
06.00 - 07.00 | Peserta Tour akan dijemput di Hotel Inna Garuda |
07.00 - 08.00 | Perjalanan menuju Keraton Yogyakarta |
08.00 - 09.30 | Wisata di Keraton Yogyakarta |
09.30 - 11.30 | Perjalanan menuju to Candi Mendut |
11.30 - 12.30 | Wisata di Candi Mendut dan makan siang |
12.30 - 13.00 | Perjalanan menuju Candi Borobudur |
13.00 - 14.30 | Wisata di Candi Borobudur |
14.30 - 16.30 | Perjalanan menuju Kerajinan Perak Kota Gede |
16.30 - 18.00 | Wisata di Kerajinan Perak Kota Gede |
18.00 - 19.00 | Perjalanan menuju Pusat Kerajinan Batik Giriloyo |
19.00 - 20.30 | Kunjungan di Pusat Kerajinan Batik Giriloyo |
20.30 - 21.00 | Perjalanan menuju Bakpia Soemadigdo |
21.00 - 22.00 | Kunjungan di Bakpia Soemadigdo dan makan malam |
22.00 - 22.30 | Peserta Tour sampai di Hotel Inna Garuda |
keterangan : Jadwal dapat berubah*
Obyek Wisata : Merapi Lava Tour, Candi Borobudur, Rumah Makan Borobudur
Biaya : Peserta Domestik (IDR 600.000)
Peserta Mancanegara (70 USD)
Jadwal
City Tour akan dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2016
Waktu (WIB) | Kegiatan |
07.30 | Peserta Tour akan dijemput di Hotel Inna Garuda |
07.30 - 08.30 | Perjalanan ke Merapi Lava Tour Kaliurang |
08.30 - 10.30 |
Lava Tour menggunakan Jeep Wilys, Jeep Toyota, dan Land Cruiser melewati sisa erupsi Gunung Merapi di : Kali Opak, Batu Alien, Kali Gendol, Dusun Kaliadem, Merapi eruption overlay, Gumuk Pasir desa Petung, Museum sisa hartaku |
10.30 - 10.45 | Istirahat dan persiapan untuk perjalanan ke Candi Borobudur |
10.45 - 11.45 | Perjalanan ke Candi Borobudur |
11.45 - 12.45 | Istirahat dan makan siang di Rumah Makan Borobudur |
12.45 - 15.00 | Wisata di Candi Borobudur |
15.00 - 16.00 | Peserta Tour sampai di Hotel Inna Garuda |
Keraton Yogyakarta merupakan obyek wisata yang paling populer dan sering dikunjungi oleh para wisatawan,baik itu wisatawan domestik maupun wisatawan luar negeri. Faktor sejarah membuat orang banyak yang datang ke kerotan yogyakarta ini. Sebab, keraton ini merupakan keraton yang masih ada hingga saat ini dan termasuk sebuah keraton di Indonesia yang paling besar dan terkenal.
Keraton Yogyakarta ini berawan dari sejak abad ke 15 yaitu Kasultanan Yogyakarta dimulai tahun 1558 Masehi dimana Ki Ageng Pemanahan dihadiahi oleh Sultan Pajang sebuah wilayah di Mataram karena jasa-jasanya membantu Pajang mengalahkan Aryo Penangsang. Ki Ageng Pemanahan merupakan putra dari Ki Ageng Ngenis dan cucu dari Ki Ageng Selo, seorang tokoh ulama besar dari Selo, Kabupaten Grobogan.
Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang lebih dikenal dengan nama Keraton Yogyakarta merupakan museum hidup bagi kebudayaan Jawa yang berada di Yogyakarta dan menjadi pusat perkembangan kebudayaan Jawa.
Keraton Yogyakarta berlokasi di pusat kota Yogyakarta. Halaman depan Keraton berupa Alun-alun Utara Yogyakarta dan halaman belakang Keraton berupa Alun-alun Selatan Yogyakarta.
Lokasi dan letak Keraton Yoagyakarta yang berada di pusat kotta Yogyakarta menjadikan akses menuju ke tempat tersebut sangat mudah, baik dengan menggunakan kendaraan pribadi ataupun menggunakan kendaraan umum.
Salah satu fasilitas yang terdapat di Keraton ini yaitu adanya pertunjukan yang diadakan setiap hari dengan jadwal sebagai berikut :
Senin – Selasa : Music Gamelan Dimulai jam 10.00 WIB
Rabu : Wayang Golek Menak Dimulai jam 10.00 WIB
Kamis : Pertunjukan Tari Dimulai jam 10.00 WIB
Jumat : Macapat Dimulai jam 09.00 WIB
Sabtu : Wayang Kulit Dimulai jam 09.30 WIB
Minggu : Wayang Orang & Pertunjukan Tari Dimulai jam 09.30 WIB
Candi ini pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1836. Seluruh bangunan candi Mendut diketemukan, kecuali bagian atapnya. Pada tahun 1897-1904, pemerintah Hindia Belanda melakukan uapaya pemugaran yang pertama dengan hasil yang cukup memuaskan walaupun masih jauh dari sempurna. Kaki dan tubuh candi telah berhasil direkonstruksi. Pada tahun 1908, Van Erp memimpin rekonstruksi dan pemugaran kembali Candi Mendut, yaitu dengan menyempurnakan bentuk atap, memasang kembali stupa-stupa dan memperbaiki sebagian puncak atap. Pemugaran sempat terhenti karena ketidaktersediaan dana, namun dilanjutkan kembali pada tahun 1925.
Candi Mendut memiliki denah dasar berbentuk segi empat. Tinggi bangunan seluruhnya 26,40 m. Tubuh candi Buddha ini berdiri di atas batur setinggi sekitar 2 m. Di permukaan batur terdapat selasar yang cukup lebar dan dilengkapi dengan langkan. Dinding kaki candi dihiasi dengan 31 buah panel yang memuat berbagai relief cerita, pahatan bunga dan sulur-suluran yang indah.
Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.
Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).
Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha. Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah K?madh?tu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.
Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam. Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.
Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah objek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.
Kota Gede, yang sering disebut Sargede terletak sekitar lima kilometer sebelah tenggara Yogyakarta, Kotagede adalah sebuah kota kecil, yang dulunya kursi perkasa Kerajaan Mataram. Sejak tahun 1930-an, Kotagede telah menjadi terkenal karena menjadi pusat industri kerajinan perak Yogya. Ada sejumlah lokakarya di mana pengunjung dipersilahkan untuk menonton perak diubah menjadi karya seni yang indah yang dikenal sebagai "Yogya Perak". Kotagede mudah dicapai dengan "andong", empat roda kereta kuda, dengan taksi, bus, atau mobil.
Salah satu hasil kerajinan perak Kota Gede
Sejak tahun 1930-an, Kotagede telah menjadi terkenal karena menjadi pusat industri kerajinan perak Yogya. Kotagede mudah dicapai dengan "andong", kereta roda empat yang ditarik oleh kuda, dengan taksi, bus, atau mobil. Ada sejumlah lokakarya di mana pengunjung dipersilahkan untuk menonton perak diubah menjadi karya seni yang indah yang dikenal sebagai "Yogya Perak".
Giriloyo is a small village in the foothills below Imogiri. It is a famous hill in the area south of Yogyakarta and the kings of Islamic Mataram kingdom are buried there.
Giriloyo area is actually not too far from the administrative center of Yogyakarta Special Region (the distance is only about 15 km / approx 40 mins). The typical rural atmosphere is lonely and desolate but it is filled with a highly togetherness and it is so peaceful there.
There is no explicit record when batik craft Giriloyo went into the village, estimated to be around the 17th century, where a large part of the population became the Yogyakarta palace courtiers in charge of caring the tombs of Yogya-Solo kings which were built on Imogiri hills.
Since then, there was an interaction between the palace and the population, then some figures of the royal relatives gave jobs to the local community, especially women as workers of "nyanthing" batik. After that the batik craftsmen of Giriloyo progressed rapidly, made batik clothes and were able to market batik to various regions in Indonesia, even abroad.
Nowadays there are dozen groups of batik in the Giriloyo village with charming batik collections. You can hunt original batik in the batik village of Giriloyo, a Batik craft center in Yogyakarta.
Taking an off road jeep on a Merapi Lava tour is one of the most fun things to do in Yogyakarta. The tour is easy to arrange. Let me tell you about the tour and show you how you can make a booking (Merapi is also a popular destination for trekking, something to consider if you like the outdoors).
There are some destinations that will be passed, such as Museum Sisa Hartaku. This is a modest museum that was established by a small family (Mr. Kimin and Mrs. Wati). Museum Sisa Hartaku can be translated to My Remaining Treasure Museum. The museum is actually within their house. This house was affected by the Merapi eruption in 2010.
The family (initiated by their first child) created this museum to inform people about the last Merapi eruption. Various personal things that were owned by the family are displayed at the museum such as: motorcycles, clothing, cutlery, furniture, pets, television and much more. I got melancholy feeling looking at their clock attached to the wall. The hands of the clock are stuck forever at the moment of the eruption. It is a chilling reminder of what happened when the hot ash cloud reached the village.
During the tour you will pass through several villages that were affected by the Merapi eruption (sorry I can’t remember the names of the villages). Some of the villages are now fields farmed by the locals. In these villages you will see abandoned buildings in the middle of these fields.
There is one big stone that is called Alien stone (Batu Alien) that was hurled out of the volcano during the eruption. The surroundings here are picturesque. During the Merapi Lava Tour you will come to the edge of a cliff where you can see one of the massive rivers around Merapi. Please be really careful when you are enjoying the view from the edge of the cliff as it is pretty high.
The bunker is located in Kaliadem and is no longer used anymore. Two people were found dead inside this bunker in 2006 (eruption). They tried to save themselves by entering the bunker and were trapped by debris from the eruption of Mount Merapi. They were covered with up to 6 feet of debris. The ash was as hot as 572 degrees Fahrenheit.
If you walk up a bit from the bunker and you can see such a beautiful view. The distance from the bunker to the Merapi summit is less than 10 km. So you can see Merapi pretty close and clear (if the weather permits). The area feels really magical and is my favourite spot of this tour.
The short Merapi Lava tour lasts for 2-hours. To make sure you are well prepared for the tour I would advise that you bring the following items: A Sun Hat, Sunglasses, Water and a snack.
Paper Submission Deadline | |
|
|
|
1 |
|
|
Review Paper | 16 Mei- 25 Oktober 2019 |
Pemberitahuan Penerimaan | |
|
|
Batch 2 : | 31 Oktober 2019 |
Kesiapan Naskah | |
|
|
Batch 2 : | 31 Oktober 2019 |
Pendaftaran | |
Early Birds | 17 Juli - 25 September 2019 |
Normal | Setelah 25 September 2019 |
Tanggal Konferensi | 16 November 2019 |
Universitas AMIKOM Purwokerto |